Thursday 8 April 2010

Prasangka dan diskriminasi

Sikap yang negatif terhadap sesuatu, disebut prasangka. Walaupun dapat kita garis bawahi bahwa prasangka dapat juga dalam pengertian positif. Tulisan ini lebih banyak membicarakan prasangka dalam pengertian negatif. Tidak sedikit orang-orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang yang lebih sukar untuk berprasangka. Mengapa terjadi perbedaan yang cukup mencolok? Tampak kepribadian dan intelekgensia, juga faktor lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya prasangka.

Namun demikian belum jelas benar ciri kepribadian mana yangmembuat seseorang mudah berprasangka. Sementara pendapat menyebutkan bahwa orang yang berintelekgensia tinggi, lebih sukar untuk bersikap prasangka. Mengapa? Karena orang-orang macam ini bersifat dan bersikap kritis. Tetapi fakta-fakta dalam kehidupan sehari-hari menujukkan bahwa mereka yang tergolong dalam jajaran kaum cendikiawan,juga para pemimpin dan negarawan juga bias berprasangka. Bahkan lahirnya senjata-senjata antarbenua (Inter Continental Balistic Missile – ICBM) adalah satu buah prasangka yang berlebihan dari para pemimpin, negarawan Negara-negara adikuasa (suoerpower)? Bukankah pemasangan rudal-rudal jarak pendek di daratan Eropa Barat merupakan suatu manifestasi dari prasangka Amerika Serikat terhadap rivalnya yaitu Uni Soviet? Kondisi lingkungan/wilayah yang tidak mapan pun cukup beralasan untuk dapat menimbulkan prasangka suatu individu atau kelompok sosial tertentu.

Dalam kondisi persaingan untuk mencapai materiil tertentu, atau untuk meraih status sosial tertentu pada, pada suatu lingkungan/wilayah di mana norma-norma dan tata hukum dalam kondisi goyah, dapat merangsang munculnya prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan dengan jelas. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjuk pada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tidak dapat dipisahkan.

PERMASALAHAN

Seorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pada suatu prasangka. Demikian juga sebaliknya, seorang yang berprasangka dapat saja berprilaku tidak dikriminatif. Di Indonesia kelompok keturunan Cina sebagai kelompok minoritas, sering menjadi sasaran rasial, walaupun sacara yuridis telah menjadi warga Negara Indonesia dan dalam UUD 1945 Bab X Pasal 27 dinyatakan bahwa semua warga Negara mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.

Sikap berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang didengar. Lebih-lebih lagi bila prasangka itu muncul dari jalan fikiran sepintas, untuk kemudian disimpulkan dan dibuat pukul rata sebagai sifat dari seluruh anggota kelompok sosial tertentu. Apabila muncul suatu sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, atau terhadap suatu suku bangsa, kelompok etnis tertentu, bias jadi akan menimbulkan pertentangan-pertentangan sosial yang lebih luas. Sebagai contoh: beberapa peristiwa yang semula menyangkut beberapa orang saja, sering menjadi luas, melibatkan sejumlah orang. akan menjadi lebih riskan lagi apabila peristiwa itu mejalar lebih luas, sehingga melibatkan orang-orang di suatu wilayah tertentu, yang diikuti dengan tindakan-tidakkan kekerasan dan destruktif dengan berakibat mendatangkan kerugian yang tidak kecil.

PEMBAHASAN

Prasangka dan diskriminasi dalam masyarakat dapat dikurangi dengan cara:

a. Perbaikan kondisi sosial ekonomi.

Pemerataan pembangunan dan usaha peningkatan pendapatan bagi warga Negara Indonesia yang masih tergolong dibawah garis kemiskinan akan mengurangi adanya kesenjangan-kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.

b. Perluasan kesempatan belajar.

Adanya usaha-usaha pemerintah dalam perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warga Indonesia, paling tidak dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan, terutama pendidikan tinggi hanya dapat dinikmati oleh kalangan masayarakat menengah ke atas saja.

c. Sikap terbuka dan lapang.

Sesungguhnya idealisme paham kebangsaan yang mencanangkan persatuan dan kemerdekaan, telah menumbuhkan sikap kesepakatan solidaritas, dan loyalitas yang tinggi. Dengan berbagai sikap unggul itu, diharapkan akan berkelanjutan dengan sikap saling percaya, saling menghargai, menghormati dan menjauhkan diri dari sikap berprasangk

0 comments:

Post a Comment